Langsung ke konten utama

5 Alasan Umum Gagal Mendapatkan Profit di Investasi saham

Sebagain besar pemula yang baru belajar beli saham melalukan 5 kesalahan ini sehingga gagal memperoleh profit, tapi investor yang lama kadang juga melakukan kesahlahan ini.

Perbedaan investor yang sukses seperti Warren Buffet, Lho keng Hong, Sandiaga Uno, dengan investor kebanyakan yang portofolionya berwarna merah, atau investor yang sudah membaca atau mempelajari fundamental perusahaan, membaca berita, melihat terus pergerakan harga saham tetapi mengabaikan 5 hal ini.

Bagi investor sukses 5 hal ini sangat dihindari apa saja akan dibahas diartikel ini.




1. FOMO

Adalah singkatan dari "Fear Of Missing Out" atau dalam bahasa Indonesia berarti "takut ketinggalan". Ini adalah rasa cemas atau khawatir yang muncul karena merasa tidak terlibat dalam suatu kegiatan, peristiwa, atau tren yang sedang populer di kalangan teman, komunitas, atau media sosial.

Pembelian saham karena fomo berarti tidak didasarkan analisa yang baik, tapi mengikti emosi, saham yang fomo biasanya sedang tren dan dibicarakan diforum-forum media sosial, dan biasanya harganya sudah terlalu mahal untuk di beli, kalau di beli biasanya kita beli dengan kondosi saham sudah berada di pucuk.


Perkembangan harga saham ANTM Sumber; Stockbit.com

Kalau dilihat harga saham bergerak antara 1500 sd 1700, tiba-tiba di bulan april seiring harga emas naik terus, harga saham antam juga naik, kalau kita beli diharga 1500 maka kita untung tetapi kalau kita beli karena fomo maka harga saham sudah diatas 2000 baru kita beli, maka kita sudah beli diharga pucuk maka harga sudah telalu mahal, dan kemungkinan harga akan berbalik di bulan Mei ini sehingga kemungkinan rugi akan besar.

Untuk menghindari fomo maka buatlah pertanyaan mendasar seperti:

  • Apakah saya paham bisnis(saham) yang saya beli ?
  • Saya beli saham ini karena hasil analisa atau ikut-ikutan ?
  • Kalau saham turun 20%, apakah saya yakin untuk hold saham ini ?
kalau kita bisa menjawab pertanyaan ini berarti kita membeli saham karena fomo.

2. Tidak Mengerti Tentang Valuasi

Untuk membeli barang apapun barangnya kita akan membandingkan barang dengan kualitasnya, contoh kita tahu Iphone adalah HP berkualitas tapi bila ada yang mau menjual dengan harga Rp 50 juta maka kita akan berpikir Iphone prroduk berkualitas bagus tetapi bila di jual seharaga 50 juta maka kita akan menyimpulkan bahwa harga i-phone ini terlalu mahal.

Kebanyakan investor saham hanya melihat kualitas perusahaan seperti BCA adalah perusahaan bagus tapi tidak mengecek harga murah atau harga wajar dari bank BCA, kalau di beli sekarang harga BCA termasuk mahal dengan PER 19, dengan harga 9000 harusnya harga wajar BCA adalah di PER 10 yaitu 4500 an.

Untuk itu kita harus belajar sense harga mahal dengan harga murah dengan mempelajari rasio valuasi dasar yaitu PER dan PBV sebuah saham. dimana harga wajar saham bila PBV di 10 X dan PBV di 1,5 X.

Kalau diatas PBV diatas 10 berarti saham sudah mulai mahal sebaliknya bila PBV dibawah 10 maka anda boleh koleksi saham itu, untuk PBV diatas 1,5 dinilai mahal dan dibawahnya dianggap murah.

3. Tidak Punya Exit Strategi

Biasanya orang sibuk untuk melihat kapan terbaik waktunya untuk beli saham, tapi jauh lebih penting juga untuk harus tahu juga kapan harus menjualnya seperti kita masuk jalan tol tapi kita tidak dimana kita akan keluarnya.

Seperti di saham kita beli saham dengan fundamental bagus dan harga sahamnya murah, dan benar setelah kita beli harga sahamnya naik, maka kita akan semangat hold sahamnya tetapi tiba-tiba sahamnya anjlok dan kita mulai panik, kenapa tidak dijual ketika harganya tinggi.

Akibatnya harusnya kita bisa profit tetapi menjadi lost dan kita jadi hold dalam waktu yang panjang karena terpaksa bukan karena strategi.

Maka sangat diperlukan Exit strategi dimana kalau sudah untung berapa persen harus dilepas sahamnya dan berapa sudah turun berapa persen harus di Cut Loss sahamnya,


Gambar diatas adalah contoh Exit strategi yang disiapkan diawal pada saat kita memulai membeli saham.

Exit strategi juga tergantung dengan tujuan investasinya:

  • kalau investasi jangka panjang jual/profit taking banyaknya pada saat valuasinya sudah naik berlipat.
  • tetapi untuk investasi jangka pendek/trading, persentase kenaika jangka pendek sudah cukup untuk exit strategi saham.

4. Kurang Sabar

Invetasi saham bukan kirim paket, dimana bila kiata kirin sehari duahari sampai, tetapi harus sabar jangan baru beli saham sudah mengharapkan kenaikan saham dan sering ngintip portofolionya.

Panik bila harga sahamnya merah lalu jual sahamnya, dan bingung ketika harga sahamnya naik langsung jual sahamnya untuk ambil profit.

Padahal investasi saham butuh waktu berbulan bahkan bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Warren Buffet bisa memegang sebuah saham sampai puluhan tahun sampai hasilnya compounding (berlipat), atau jangan sebelum panen kamu dah potong tanaman, sehingga hasilnya tidak maksimal.

Pasar saham saham seperti taman, kalau kita tanam bibitnya, kita siram, dan dirawat pada waktunya hasilnya akan sangat memuaskan. tetapi kalau tiap minggu dicabut tanamanya maka kita tidak kan merasakan panen.

5. Sering Ganti Strategi

kita sering ganti strategi sekarang fundamental strategi, besok liat kursus trading portofolio ja di trading, lalu liat tiktok saham gorengan lalu ikut-ikut, maka akan susah portofolionya karena sebagian berdasarkan fortopolio, sebagaian karena teknikal, sebagian karena berharap ada kenaikan cepat saham.

Strategi yang bagus adalah startegi yang konsisten dan paham atau kaya pengalaman, karena setiap strategi butuh waktu untuk dikuasai.

Pilihlah strategi yang di nikmati dan kuasai sampai matang, yang punyai sostem dan konsisten

Tonton juga :


Baca Juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Siklus Pasar Saham (Bagian 1 dari 3 Artikel)

Ekonomi bergerak dalam siklus, ada saatnya melemah dan adanya saatnya menguat, hal yang normal dalam mekanisme ekonomi. Siklus ekonomi juga akan berdampak pada kinerja aset-aset investasi, seperti saham, obligasi, emas, property dan sebagainya. Kinerja aset investasi juga akan bergerak dalam sebuah siklus ada saatnya melemah dan ada saatnya menguat, yang juga merupakan hal normal dalam dunia investasi. Yang harus menjadi perhatian investor adalah tidak ada aset yang naik terus dan tidak ada aset yang turun terus semua bergerak dalam siklus. Kecuali ketika aset mengalami penurunan secara terus menerus Hal ini di sebabkan oleh alasan Fudamental ,(mikro perusahaan) seperti; kinerja keuangan perusahaan yang memburuk,  perusahaan terkena kasus hukum,  mengalami pailit Biasanya pada siklus ekonomi (makro ekonomi) respon dari setiap aset akan berbeda, Misalnya ketika ekonomi dalam siklus pelemahan ada aset yang mengalami pelemahan misalnya saham, reksadana dan ada aset yang mengalam...

Apa Saja Yang Merupakan Analisis Fudamental Dalam Investasi Saham? 1. Faktor Kuantitatif (Bagian Pertama dari 2 artikel)

Ada dua pendekatan analisis dalam dunia investasi saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental akan membantu untuk menentukan saham APA yang akan di beli. sedangkan analisis teknikal membantu menentukan KAPAN waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham tersebut Kedua pendekatan ini saling melengkapi satu sama lainnya dimana analisis teknikal disebut juga analisis grafik harga saham dengan cara melihat pergerakan harga saham historis untuk meramal pergerakan harga yang akan datang, sementara analisis fundamental merupakan teknik analisis saham didasarkan pada kinerja dan prospek bisnis dari sebuah perusahaan. Pada analisis fundamental dibagi jadi dua bagian besar yaitu analisis laporan keuangan (kuantitatif) yang merupakan dokumen yang berisi performance perusahaan dan analisis kualitas perusahaan  (kualitatif) yang berisi beberapa faktor yang tidak bisa dihitung dengan angka, tapi sangat berpengaruh untuk pertimbangan saham seperti; integrita...

Pemahaman Value Investing Untuk Jenjang Pemahaman Investor

Bila uang di investasikan di tabungan dimana suku bunganya hanya 1,25%, maka tabungan kita akan tergerus oleh biaya administrasi dan inflasi. Bila uang di investasikan ke deposito maka  dengan suku bunga hanya 3% setahun makan uang masih tekor oleh inflasi yang besarnya sekitar 2,5%. Kita butuh Instrumen Investasi yang bisa lebih dari 20% agar kekayaan kita cepat berlipatnya. Tingkat pengembalian yang tinggi diatas 20 % akan memudahkan kita memperbesar uang, dan menpercepat kita pensiun dini. Salah satu instrumen investasi yang bisa memberikan tingkat pengembalian adalah investasi saham, dimana dari deviden ada yang memberikan deviden lebih dari 80% setahun. Kenapa Investasi saham sangat perlu mnegunakan strategi Value Investing ? karena sudah ada bukti investor yang melipatgandakan hasil investasinya 5.000 X lipat yaitu Lo Keng Hong semenjak tahun 1998 sampai dengan 2020. atau nilai returnnya 47% per tahun. Di luar negeri Warren Buffet sudah menerapkan startegi ini selama 6 Dekade...